KETIKA CINTA BERTASBIH Part 1
Data Publikasi
a. Judul :
Ketika Cinta Bertasbih 1
b. Penulis :
Habiburrahman El Shirazy
c. Penerbit
: Republika-Basmalah
d. Tahun
terbitan
: 2007
e. Tebal :
477 halaman
Sinopsis
Ketika Cinta Bertasbih 1:
Khairul Azzam adalah pemuda
cerdas yang terlahir di sebuah desa di Jawa Tengah dan merupakan anak tertua
dari empat bersaudara. Dari kecil Azzam sudah memiliki prestasi di sekolahnya,
ia selalu mendapatkan juara pertama di kelasnya. Di tingkat Aliyah prestasi
Azzam pun semakin gemilang. Berkat ketekunan dan kesungguhannya belajar ia
mendapat beasiswa kuliah di Al-Azhar-Kairo.
Baru
setahun di Kairo prestasi Azzam sangat membanggakan ayahnya bahkan ia memdapat
nilai yang Jayyid Jiddan (lulus dengan sempurna), namun ajal tidak memandang
siapa pun, ia datang kepada siapa saja yang telah digariskan tuhan. Itu pula
yang terjad dengan ayah Azzam, setelah menempuh perkuliahan selama setahun ia
mendapat berita bahwa ayahnya telah menghadap Sang Pencipta untuk selamanya.
Itulah awal dari menurunnya prestasi Azzam di kampus. Sebagai anak tertua Azzam mau tidak mau harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, dikarenakan adiknya masih kecil-kecil. Sementara itu, dia sendiri harus menyelesaikan studinya di Negara orang. Akhirnya dia mulai membagi waktu untuk belajar dan mencari nafkah. Ia mulai membuat tempe dan bakso yang ia pasarkan di lingkungan KBRI di Kairo. Berkat keahlian dan keuletannya dalam memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staf KBRI di Cairo. Tapi hal itu berimbas pada kuliah Azzam, sudah 9 tahun berlalu, ia belum juga menyelesaikan kuliahnya.
Itulah awal dari menurunnya prestasi Azzam di kampus. Sebagai anak tertua Azzam mau tidak mau harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, dikarenakan adiknya masih kecil-kecil. Sementara itu, dia sendiri harus menyelesaikan studinya di Negara orang. Akhirnya dia mulai membagi waktu untuk belajar dan mencari nafkah. Ia mulai membuat tempe dan bakso yang ia pasarkan di lingkungan KBRI di Kairo. Berkat keahlian dan keuletannya dalam memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staf KBRI di Cairo. Tapi hal itu berimbas pada kuliah Azzam, sudah 9 tahun berlalu, ia belum juga menyelesaikan kuliahnya.
Seringnya
Azzam mendapatkan job di KBRI Kairo mempertemukan ia dengan Puteri Duta Besar,
Eliana Pramesthi Alam. Eliana adalah lulusan EHESS Perancis yang melanjutkan
S-2 nya di American University in Cairo. Selain cerdas, Eliana juga terkenal di
kalangan mahasiswa karena kecantikannya. Ia bahkan pernah diminta main di salah
satu film produksi Hollywood, juga untuk Film layar lebar dan Sinetron di
Jakarta. Segudang prestasi dan juga kecantikan Eliana membuat Azzam menaruh
hati pada Eliana. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih dekat dengan
Eliana, karena selain sifat dan kehidupannya yang sedikit bertolak belakang
dengan Azzam, juga karena nasihat dari Pak Ali, supir KBRI yang sangat dekat
dengan keluarga Eliana.
Apa
yang dikatakan Pak Ali cukup terngiang-ngiang di benaknya, bahwa ada seorang
gadis yang lebih cocok untuk Azzam. Azzam disarankan untuk buru-buru
mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswa cantik yang tak kalah cerdasnya dengan
Eliana. Dia bernama Anna Althafunnisa, S-1 dari Kuliyyatul Banaat di Alexandria
dan sedang mengambil S-2 di Kuliyyatul Banaat Al Azhar – Cairo, yang juga
menguasai bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. menurut Pak Ali, kelebihan Anna
dari Eliana adalah bahwa Anna memakai jilbab dan sholehah, bapaknya seorang
Kiai Pesantren bernama Kiai Luthfi Hakim.
Ada
keinginan Khaerul Azzam untuk menghkhitbah Anna walaupun ia belum pernah
bertemu atau melihat Anna. Karena tidak punya biaya untuk pulang ke Indonesia,
Pak Ali menyarankan supaya melamar lewat pamannya yang ada di Cairo, yaitu
Ustadz Mujab, dimana Azzam sudah sangat mengenal ustadz itu. Dengan niat penuh
dia pun datang ke ustadz Mujab untuk mengkhitbah Anna Althafunnisa. Tapi
ternyata lamaran itu ditolak atas dasar status. Karena S-1 Azzam yang tidak
juga selesai, dan lebih dikenal karena jualan tempe dan bakso. Selain itu, Anna
telah dikhitbah lebih dulu oleh seorang pria yang alih-alih adalah Furqan, sahabat
Azzam yang juga mahasiswa dari keluarga kaya yang juga cerdas di mana dalam
waktu dekat akan menyelesaikan S-2 nya. Azzam bisa menerima alasan itu,
meskipun hatinya cukup perih.
Tetapi
kemudian Furqan mendapat musibah yang sangat menghancurkan harapan-harapan
hidupnya. Hal tersebut membuatnya menghadapi dilemma antara ia harus tetap
menikahi Anna yang telah dikhitbahnya, tetapi itu juga sekaligus akan dapat
menghancurkan hidup Anna.
Sementara
itu Ayyatul Husna, adik Azzam yang sering mengirim berita dari kampung, membawa
kabar yang cukup meringankan hati Azzam. Agar Azzam tidak perlu lagi mengirim
uang ke kampung dan lebih berkonsentrasi menyelesaikan kuliahnya. Karena selain
Husna telah lulus kuliah di UNS, ia juga sudah bekerja sebagai Psikolog. Keahlian
Husna dalam menulis sudah membuahkan hasil. Penghasilan Husna cukup dapat
membiayai kebutuhan adiknya yang mengambil program D-3, serta adik bontotnya
yang bernama Sarah yang masih mondok di Pesantren.
Azzam yang sudah sangat rindu dengan keluarganya memutuskan untuk serius dalam belajar, hingga akhirnya berhasil lulus. Azzam pun menepati janjinya ke keluarganya untuk kembali ke kampung dan segera mencari jodoh di sana, memenuhi amanat ibunya. Walaupun sebenarnya masih terbersit sedikit harapan untuk tetap mendapatkan hati Anna.
Azzam yang sudah sangat rindu dengan keluarganya memutuskan untuk serius dalam belajar, hingga akhirnya berhasil lulus. Azzam pun menepati janjinya ke keluarganya untuk kembali ke kampung dan segera mencari jodoh di sana, memenuhi amanat ibunya. Walaupun sebenarnya masih terbersit sedikit harapan untuk tetap mendapatkan hati Anna.
Unsur Intrinsik:
1.Tema
Tema
dalam novel ini adalah Perjuangan dan
arti hidup untuk meraih kebahagiaan.
2.Latar
a. Latar Tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini
adalah di daerah kota Alexandria. Seperti Hotel Al Haram, tempat Azzam menginap
sewaktu Kedutaan besar republik Indonesia mengadakan acara “pekan promosi
wisata dan budaya Indonesia di Alexandria”. Acara makan malam di sebuah taman
pantai El Muntazah, lobby hotel. Pantai Cleopatra dimana tempat Azzam dan Pak
Ali berbincang-bincang menikmati udara pagi setelah shalat subuh. Toko buku di
El Manshiya, dimana Azzam bertemu Furqan untuk kedua kalinya. Flat Azzam dan
teman-temannya dari Indonesia di Hay El Asher. Masjid Ridhwan biasanya tempat
Azzam menunaikan shalat subuh. Universitas Al Azhar. Meridien hotel, tempat
Furqan menenangkan dirinya untuk fokus tesis. Pasar Sayyeda Zainab, dimana
tempat biasa Azzam berbelanja peralatan bakso dan tempe. Flat Anna dan
teman-temannya dari Indonesia di Abdur Rasul. Kantor mabahits tempat pertahanan
dan keamanan, penjara dan rumah sakit.
Seperti berikut gambaran di dalam ceritanya:
“ia mengalihkan pandangannya jauh ketengah laut mediterania. Nan jauh di sana
ia melihat tiga kapal yang tampak kecil dan hitam. Kapal-kapal itu ada yang
sedang menuju Alexandria, ada juga yang sedang meninggalkan Alexandria…”.
Selain itu juga diceritakan pula sebuah taman di Indonesia yaitu Taman Mini
Indonesia indah, makam Bonoloyo di Solo, rumah Anna di pesantren Daarul Quran,
serta rumah Azzam dan keluarga di Indonesia.
b. Latar Waktu
Latar waktu dalam cerita ini tidak dijelaskan
secara langsung oleh pengarang, namun dapat ditarik kesimpulan cerita ini
berlangsung ketika Azzam mulai menuntut ilmu pada jenjang perguruan tinggi di
Universitas Al Azhar, Cairo. Sampai akhirnya ia harus bekerja keras untuk
mempertahankan kuliahnya sampai selesai beserta keluarganya yang ada di
Indonesia. Seperti petikan berikut: “Dan akan ia buka kembali saat nanti sudah
pulang ke Indonesia. Setelah ia sudah selesai S1 dan adik-adiknya sudah bisa ia
percaya mampu meraih masa depannya”. (hal.121)
“Padahal ia sudah sembilan tahun di Mesir. Ia
sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Baginya, yang penting ia telah
melakukan hal yang benar. Benar untuk dirinya, ibunya, adik-adiknya dan
agamanya. (hal.212)
dalam novel ini adalah cinta
islami.
3. Penokohan/perwatakan.
a. Abdullah Khairul Azzam
Seorang mahasiswa yang sederhana, kreatif,
mampu menyelesaikan masalah, berani mengambil resiko, pantang menyerah dan
berjiwa usaha yang tinggi. setiap ada peluang sedikit untuk melakukan manuver
bisnis pasti dimanfaatkan secara baik tidak peduli resikonya tinggi, asal ada
kemauan pasti ada jalan.
Selain itu Azzam merupakan kakak yang sangat
peduli terhadap ibu dan adik - adiknya, walaupun mengorbankan kuliahnya untuk
bekerja, Azzam bangga karena pada akhirnya dapat mengantarkan adik - adiknya
menggapai cita - cita. Husna adiknya yang pertama berhasil menjadi psikolog dan
penulis terbaik nasional. Lia adik keduanya lulus P GSD, dan menjadi guru
favorit di SDIT Al Kautsar Solo. Dan adik bungsunya Sarah, hampir khatam Al
Quran di Pesantren Al Quran di Kudus. Sosok seorang Azzam sebagai kakak
mencerminkan betapa besarnya kasih sayang dan pengorbanan kepada adik -adiknya
patut dijadikan contoh.
1.
Kreatif
“Biarlah masyarakat Indonesia di Cairo
tahunya saya adalah mahasiswa Al-Azhar yang tidak lulus-lulus karena lebih
senang bisnis tempe, bakso, dan katering.” (hal.65)
2. Rajin
2. Rajin
“Mungkin
saat itu mas khairul sedang capek. Letih. Orang kalau letih itu bisa tidak
jernih pikirannya. Cobalah ingat, kemarin ia kerja sejak pagi sampai malam.”
(hal.105)
3.
Tanggung jawab
“Allah
belum mengizinkan aku menikah. Aku masih harus memperhatikan adik-adikku sampai
ke gerbang masa depan yang jelas dan cerah”. (hal.121)
“ia langsung teringat akan tanggung jawabnya sebagai kakak tertua. Ia menangis. Ia merasakan betapa sayangnya Allah kepadanya. Allah masih ingin ia focus pada tanggung jawabnya membiayai adik-adiknya.” (hal.121) “aku sama sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adik-adikmu di Indonesia…” (hal.65)
“ia langsung teringat akan tanggung jawabnya sebagai kakak tertua. Ia menangis. Ia merasakan betapa sayangnya Allah kepadanya. Allah masih ingin ia focus pada tanggung jawabnya membiayai adik-adiknya.” (hal.121) “aku sama sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adik-adikmu di Indonesia…” (hal.65)
4.
Mandiri
“Saat
itu ia sendiri sedang sangat memdrlukan datangnya sumber rejeki untuk
mempertahankan hidupnya, dan juga adik-adiknya. Jadilah ia terjun total dalam
bisnis membuat bakso.” (hal.224)
5.
Penolong
“Baiklah,
sekarang masalah Bantu membantu. Bukan bisnis. Saya ingin murni membantu, jadi
saya tidak akan mengharapkan apapun dari mbak.” (hal.50)
“O, ya sudah. Semoga bisa dilacak.”sahut Azzam sambil menutup pintu taksi. Taksi perlahan bergerak. Pikiran Azzam juga bergerak bagaimana mendapatkan kembali kitab itu.”(hal.197)
“O, ya sudah. Semoga bisa dilacak.”sahut Azzam sambil menutup pintu taksi. Taksi perlahan bergerak. Pikiran Azzam juga bergerak bagaimana mendapatkan kembali kitab itu.”(hal.197)
6.
Soleh
“Ia
membenarkan tindakannya itu dengan berpikir bahwa datangnya azan yang
memanggilnya itu lebih dulu dari datangnya dering telpon itu. Dan dia harus
mendahulukan yang datang lebih dulu.” (hal.45)
7.
Cerdas
“Ia
adalah prototype anak Indonesia yang pintar, cerdas, dan bersahaja, namun lahir
dari kalangan keluarga pas-pasan; jadi, sangat khas Indonesia! Kecerdasan azzam
kian terbukti tatkala ditahun pertama menimba ilmu di Al-Azhar ia memperoleh
predikat jayyid jiddan(istimewa), dan oleh karenanya ia mendapat beasiswa dari
majlis A’la.”
b. Eliana Pramesthi Alam
Seorang putri tunggal dari duta besar negara
Indonesia yang berada di Mesir, keberadaannya disana untuk menemani kedua
orangtuanya serta melanjutkan S2 nya di American University in Cairo (AUC).
Berwatak keras, sombong, ketus, dan egois. Gadis yang bersuara merdu, fostur
tubuh yang indah dan cantik ini juga dianugrahi sosok yang cerdas, pintar, suka
debat dan sangat gemar menulis opini dalam bahasa inggris sehingga banyak
meraih berbagai macam prestasi. Eliana yang lama tinggal di Paris membuat
kehidupannya jauh berbeda dengan wanita-wanita Indonesia yang mengambil studi
di Cairo. Kesabaran dan kesalihan Azzam mampu meredup keangkuhan Eliana dengan
menjelaskan kembali beberapa nilai agama yang selama ini dianggap remeh dan
dilalaikan oleh Eliana.
1.
Cantik
“Wajahnya
yang putih dengan mata yang bulat jernih memancarkan pesona yang mampu
menghangatkan aliran darah setiap pemuda yang menatapnya.” (hal.46)
2.
Pintar
“Tulisannya
rapi, runtut, berkarakter, tajam dan kuat datanya. Orang dengan pengetahuan
memadai, akan menilai tulisannya merupakan perpaduan pandangan seorang
jurnalis, sastrawan dan diplomat ulung.” (hal.36)
3.
Emosi
“ia
memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai
dengan suasana hatinya.” (hal.95)
4.
Peremeh
“Ah
shalat itu gampang! Yang penting ini. Ada tugas penting untuk mas khairul malam
ini. Tugas terakhir. Aku janji!” sahut Eliana nerocos tanpa rasa dosa karena
menggampangkan shalat.” (hal.46)
c. Anna Althafunnisa
Mahasiswi Indonesia yang menempuh kuliah S2
di Cairo. Dari keluarga kiyai terhormat di Klaten. Anna memiliki watak
sederhana dan sedikit tertutup. Prestasi yang diraih Anna tidak sedikit dari
kecil, sampai kuliah di Kuliyyatul Banat al-Azhar ia pun sering menulis
dimajalah salah satunya Al Wa’yu Al Islami, banyak artikel yang dia muat di
sana. Anna yang telah menikah dengan Furqan dan belum pernah dinafkahi batinnya
sama sekali membuat furqan harus jujur bahwa ia divonis penyakit AIDS meskipun
sesungguhnya itu negatif. Akhirnya Anna bercerai dari Furqan dan menikah dengan
Azzam yang telah lama mengidamkan sosoknya.
1.
Pintar
“Anna
adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya
dengan prestasi dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya. Ia
menyelesaikan S1-nya di Alexandria dengan predikat mumtaz.” (hal.120)
2.
Solehah
“Kalau
kamu mendapatkan Ana, kamu telah mendapatkan surga sebelum surga.” (hal.91)
3. Sederhana
3. Sederhana
“Dan
Ana lebih memilih menutup diri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat glamour.”
(hal.91)
4.
Santun
“Anna
menunggu Bu Nafis sampai beranda. Begitu bu Nafis mendekat Anna langsung meraih
tangan perempuan setengah baya itu dan menciumnya penuh rasa ta’zim.” (hal.89)
5.
Cantik
“Kedua
matanya yang sedikit merah mengguratkan kelelahan. Namun sama sekali tidak
mengurangi pesona kecantikannya.” (hal.252)
d. Furqan
Seorang mahasiswa Indonesia yang sedang
menempuh pendidikan Magister di al-al-Azhar Cairo. Ia berasal dari keluarga
kaya. Salah satu anak konglomerat di Jakarta, sehingga kuliahnya berjalan lurus
dan cepat diselesaikan tanpa hambatan. Tokoh Furqan ditampilkan istimewa karena
selain materi yang dia punya, penampilan ia juga menarik. Wataknya yang tidak
sombong dan baik hati membuat dia bisa berteman dengan siapa saja. Kelalaian
pun membuat Furqan terjebak dalam sebuah masalah yang mana akhirnya dia harus
bercerai dari Anna, dan akhirnya menjalin hubungan dengan Eliana yang telah
berubah menjadi muslimah.
1.
Ramah
“Setelah
berpelukan, Furqan mengajak Azzam menemani makan roti kibdah disamping sebuah
masjid tua sambil berbincang-bincang.” (hal.106)
2.
Glamour
“Furqan
langsung merasakan kesejukan dan kemewahan kamarnya. Kemewahan Eropa
kontemporer hasil perkawinan arsitektur Italia dan turki modern.” (hal.155)
3. Intelek
3. Intelek
“Furqan
lebih dikenal sebagai intelek muda yang sering diminta menjadi nara sumber di
pelbagai kelompok kajian…..” (hal.61)
4.
Ceroboh
“Ini
teguran dari Allah atas cara hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai
seorang penuntut ilmu.” (hal.289)
D. Alur
Cara
yang digunakan dalam cerita ini adalah alur progresif, yaitu jalan cerita atau
peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, atau secara runtut cerita
dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemuuk membuat jamuan
makanan khas Indonesia pun sangat mengagumi sosok Azzam.
Dilanjutkan
dengan tahap tengah Azzam yang mengidamkan seorang wanita solehah bernama Anna
pun harus direlakan untuk sahabatnya. Furqan yang telah mengenal Anna terlebih
dahulu ternyata menaruh perhatian juga terhadapat Eliana. Karena sebab inilah
yang membuat Furqan menjadi bingung, akan tetapi Furqan telah melamar Anna
melalui pamannya ust.Mujab. Azzam dengan kekurangannya pun tak berdaya
menghadapi percintaan ini. Hanya dengan kebesaran dan doa kepada Allahlah ia
serahkan.
Klimaks
dari cerita ini, dengan pertimbangan xang lama akhirnya Anna menerima lamaran
Furqan. Furqan yang terjebak dalam musibah pemerasan, dan divonis terkena AIDS
harus merahasiakan semua ini pada Anna. Pernikahan Anna dan Furqan tidak pernah
bahagia. Perceraian pun harus dialami oleh Anna dan Furqan.
Tahap
akhir dikisahkan melalui Husna, adik Azzam di Indonesia. Terjadilah pertemuan
antara Azzam dan Anna. Anna yang pernah sekilas mengenal Azzam di Cairo,
sesungguhnya menaruh perhatian khusus. hanya saja pertemuan itu sangatlah
singkat. Diakhiri dengan Anna yang telah bercerai dari Furqan dan belum pernah
mendapat nafkah batin dari mantan suaminya pun mendapat restu dari kedua orang
tuanya untuk menikah dengan Azzam. Furqan dipertemukan kembali dengan Eliana
yang telah berubah menjadi muslimah, dan semua vonis tentang penyakit AIDS itu
ternyata tidak benar.
(munculan
konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).
5. sudut pandang
Sudut
pandang orang ketiga
6.Gaya Bahasa
Gaya
bahasa denotasi. Namun banyak ditemui beberapa gaya bahasa dalam cerita ini.
Diantaranya gaya bahasa simile seperti ungkapan “gadis itu adalah kilau
matahari di musim semi”. Metafora seperti ungkapan “ia menjadi buah bibir
dikalangan mahasiswa dan masyarakat Mesir”.
Banyak
pula terdapat ungkapan bahasa asing seperti bahasa arab “anta ya Azzam kaif
hal? ”ana bi khair. Alhamdulillah. Andak ful shoya? “thob’an ‘andi. “aisy kam
kilo?”khomsah wa’isyrin kilo kal ‘adah.” Bahasa inggris “good afternoon sir,
can I help u”. Bahasa jawa “sir, ojo lali yo. Ojo kok ke neng kene. Ora tak
ijini! Wis aku tak turu ndisik!”.
Pengarang
banyak mengutip ayat al quran, hadits, doa nabi, dan pepatah dari seorang
penyair. Al quran “tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu
berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperhatikan-Nya kepadamu sebagian
dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Sungguh pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kebesaran-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar lagi banyak
bersyukur”. Hadits “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”. Doa
nabi Yunus “la ila ha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzalimin”. Pepatah
dari seorang penyair seperti james Allen. Ungkapan dan untaian kata dari
seorang tokoh dan dari kitab-kitab ilmiah seperti kaya ibnu Athaillah As
Sakandari. Selain itu terdapat bahasa yang diungkapkan melalui surat seperti
surat Tiara untuk Fadhil, dan surat Husna untuk kakaknya Azzam dan ungkapan
lewat sms.
7. Amanat
• Terkadang cinta tidak
harus memiliki
• Kesempatan harus
dimanfaatkan sebaik mungkin, tidak perlu takut akan resiko.
Karena resiko membuat kita lebih
matang untuk melangkah maju.
• Setiap ada kemauan, pasti
ada jalan.
• Sesama muslim adalah
saudara, yang saling peduli.
• Sayangilah dirimu, beri ia
kesempatan untuk menjadi yang semestinya ia
inginkan.
• Pilihan itu ada, namun tergantung siap atau tidak kita menanggung resiko dari pilihan yang kita itu.
• Pilihan itu ada, namun tergantung siap atau tidak kita menanggung resiko dari pilihan yang kita itu.
• Teguh pendirian, rela
berkorban adalah kunci sukses masa depan.
• Lebih baik diam, daripada
berbicara yang tidak perlu.
• Buah pengorbanan lebih berharga daripada sesuatu yang
dengan mudah di dapat tanpa pengorbanan.
• Cinta yang haqiqih adalah cinta yang berdasarkan pilihan
hati, bukan hanya karena nafsu ingin memiliki.
Unsur Ekstrinsik:
1. Biografi Pengarang
Habiburrahman el-Shirazy (lahir di Semarang 30
September 1976) adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal
sebagai dai, novelis, penyair, dan suami dari Muyasaratun Sa’idah. Memulai
pendidikannya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di
Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak. Tahun 1992 ia merantau ke Surakarta
untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus Surakarta, lulus pada tahun
1995. Setelah itu melanjutkan Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas
Al-Azhar, Kairo dan selesai Tahun 1999. Tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma
S2 di The Institute for Islamic Studies, Kairo.
Selama
di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di
antaranya: Wa Islama (1999), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca
Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (1998). Beberapa
karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (2001), Biografi Umar
bin Abdul Aziz (2002), Menyucikan Jiwa (2005), Rihlah ilallah (2004), dll.
Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (2001), Merah di
Jenin (2002), Ketika Cinta Menemukanmu (2004), dll.
Karya-karyanya
banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga
seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat
membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara
karya-karyanya yang telah beredar dipasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (2004), Di
Atas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona
Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2
(2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah
Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem. (disadur
dari Wikipedia.com)
2. Latar Belakang Sejarah dan Sosial
Habiburrahman
el-Shirazy, menulis cerita berdasarkan pengalaman hidupnya yang pernah
bersekolah di Universitas Al Azhar, Mesir. Selain sebagai media dakwahnya,
novel ini juga mencakup banyak cerita yang menggambarkan hidup seorang lelaki
Indonesia. Sebagai contoh, novelnya yang lain yaitu Ayat-ayat Cinta. Dan dari
segi ekonominya, pengarang tergolong menengah ke atas dilihat dari latar
petualangan pendidikannya, mulai dari pendidikan menengah di MTs Futuhiyyah 1
hingga S2 di The Institute for Islamic Studies Kairo.
RESENSI
KETIKA CINTA BERTASBIH 1
1. Data
Publikasi
a. Judul : Ketika Cinta Bertasbih
1
b Penulis : Habiburrahman El Shirazy
c. Penerbit : Republika-Basmalah
d. Tahun terbit : 2007
e. Tebal : 477 halaman
f. Tema : Perjuangan dan arti hidup
untuk meraihkebahagiaan.
2. Kunggulan
Novel ini menghadirkan
kisah percintaan bukan sekedar terhadap lawan jenis tapi jauh mengungkapkan
kecintaan terhadap Allah. Merupakan salah satu novel pembangun jiwa yang penuh
akan makna. Gaya bahasa yang ringan dan alur cerita yang mudah dimengerti
membuat pembaca seakandapat melihat apa yang ingin diperlihatkan penulis novel.
Sarat akan pengetahuan. Kata-katanya santun dan mudah di pahami. Kertas
novel menggunakan kertas quarto yang bagus dan bersih. Perwatakan tokoh mudah
dimengerti, dan di gambarkan jelas.
3. Kelemahan
Untuk novel
dengan pengarang yang sama dan konsep yang sama pula, latar yang dipilihkurang
variatif.
4. Pendapat
Akhir
Novel percintaan yang
satu ini pantas di baca oleh siapa saja. Sesuai dengan konsepnya, yaitu novel
pembangun jiwa, novel ini dapat memberikan semangat pada jiwa untuk lebih
bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. selain itu, novel ini
penuh dengan ilmu pengetahuan yang akan memperluas wawasan kita terhadap dunia.